Wisata Religi di Desa Aeng Tabar
Desa Aeng Taber
terkenal dengan wisata religi. Hal ini terbukti dengan banyaknya makam keramat
yang biasa disebut Bujuk oleh masyarakat Madura. Ada 44 Bujuk di
Desa Aeng Taber. Bujuk-bujuk ini merupakan asal muasal Bujuk-bujuk yang
ada di Bangkalan dan Sampang.
Bujuk yang pertama
yaitu Bujuk Agung yang ada di dusun Daringan. Bujuk Agung
ini adalah makan dari Habib Abu Syakhokh yang berasal dari desa Tarim
wilayah negara Yaman.
Bujuk yang kedua
yakni Bujuk Bedhung makam dari Habib Abu Syamah yang berasal dari
Maruko. Habib Abu Syamah mempunyai menantu yang bernama K.H Abdus Shaleh. K.H
Abdus Shaleh mendapat julukan Bindhere Sabher. Dari kata Sabher
inilah asal muasal nama dusun Sabreh. Makam K.H Abdus Shaleh ini bernama Bujuk
Nyu’un. Menurut Syaihona Holil, Bujuk ini disebut Bujuk Nyu’un karena
di Desa Aeng Taber khususnya dusun Sabreh adalah tempat permohonan atau tempat
istijabah, serta tanah di Sabreh, tanah di Demangan Bngkalan, tanah di Aceh,
dan tanah di Sumatera memiliki bentuk, warna, dan tekstur yang sama.
K.H Abdus Shaleh menikah dan memiliki 4 orang istri. Istri-istri
dari K.H Abdus Shaleh yaitu:
1. Nyai Syarifah Khodijah
2. Nyai Syarifah Maimunah
3. Nyai Syarifah Khotimah
4. Nyai Syaridhon
Bindhere Sabher mempunyai
dua putra yaitu Kyai Murokih dan Kyai Seramah. Kyai Murokih mempunyai
julukan Bindhere Dul Kallam karena beliau kemana saja selalu membawa pen dan
buku. Kyai Murokih mempunyai istri yang berasal dari bangsa jin yang bernama
Salma. Kyai Seramah mempunyai dua istri, satu istrinya adalah manusia dan
satunya lagi adalah jin. Bujuk-bujuk dari dua putra Bindhere Sabher
bernama Bujuk Murokih dan Bujuk Seramah yang terletak di dusun Sabreh.
Kyai Hasan ini adalah tokoh yang mencetak para Ulama’ Sebangkalan.
Hasan memiliki 7 orang putra putri. Salah satunya dinikahi oleh Syaihona Holil
sebagai istri yang pertama. Istri yang kedua yakni putri dari Sultan Kadirun
yang mempunyai dhalem yang sekarang ini menjadi Masjid Jami’ Bangkalan.
Mas kawin beliau berupa bibit pohon sawo yang ditanam sendiri dengan posisi
terbalik, akarnya di atas sedangkan daunnya di bawah. Sampai sekarang pohon
tersebut masih hidup dan terdapat di dusun Sabreh.
Syaihona Holil memiliki 4
orang putra. Putra yang pertama bernama Kyai Imron. Kyai Imron yang merupakan
cucu dari Kyai Hasan ini kemudian menikahi wanita di dusun Sabreh. Kyai Imron
dikaruniai dua orang putra kembar yaitu Kyai Amin dan Kyai Ma’mun. Kyai Ma’mun
wafat tanpa memiliki ketununan. Sedangkan Kyai Amin memiliki banyak istri.
Salah satu putra Kyai Amin yakni mantan Bupati Bangkalan K.H. Fuad Amin. Anak
yang kedua yakni K.H. Faruk Amin. K.H. Fuad Amin dan K.H. Faruk Amin adalah saudara
seayah namun lain ibu. Keturunan Syaihona Holil dari pihak laki-laki mencetak
orang-orang pemerintahan atau orang-orang yang bergelut di dunia politik.
Sedangkan dari yang perempuan mencetak ulama’ se-Bangkalan dan Sampang.
Dari silsilah
diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya Dhalem Syaihona Holil yang
pertama ada di desa Aeng Taber tepatnya di dusun Sabreh yang namanya Maseng
(artinya rumah yang terbuat dari seng).
Interviewer:
Haris Kurniawati & Subhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar